Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Kopi Pahit

KOPI PAHIT Sore ini di pojok ruang ini aku menikmati indahnya lembayung senja dengan ditamani kopi yang sengaja tidak aku beri gula, pahit ?, iya sama seperti saat di mana kau meninggalan hatiku untuk berpindah ke hatinya. Sempurna. Hei lidah ku bermasalah, entah mengapa lidah ini tak dapat lagi mengecap rasa manis. Apa lidah ku ini rusak ?, hemm aneh. Bukan kah dulu aku sering menikmati rasa manis saat kita masih bersama. Saat di mana kita belum tersekan antara dan kamu dan aku. Jangan heran jika kau tak bisa lagi menemukan mentari dalam diriku. Hujan ini terlalu deras, awan ini terlalu gelap dan bahkan mentari saja enggan mengusirnya tuk berganti menjadi pelangi. Di sini rona lagit akan selalu gelap, layaknya hati yang terjerumus ke dalam dasar nestapa.

LARA

LARA Menjelang malam rindu itu kembali menyambangiku, membawa sejuta rasa yang sudah mati-matian aku lupakan. Gelap malam membiaskan cahaya lampu kota, lenyapnya kunang-kunang tersapu debu, ketika suara motor dan mobil terselimuti sunyi dan senyap malam; ya, itulah saat di mana aku menikmati lara. Lara, hei bukan kah aku sudah sering kali berbincang dengan mu dalam keheningan malam, kau adalah rahasia dalam hidup ku. Ingatkah masa di mana kita bukan lagi antara kamu dan aku, ketika lenganku menjadi favorit peluk mu, dan pundak ku adalah teddy bear dikala kesedihan mendatangimu.  Itulah saat di mana kita belum mengenal arti perpisahan. Lara, mengapa kau masih sering menyambangiku ?, dapatkah kau bawab ?, ah, sudahlah aku sudah tahu jawab mu. Bolehkah aku bertanya satu hal, apakah dia yang di sana masih sering kau sambangi, layaknya kau menyambangiku di setiap malam ?, hemm itu adalah pertanyaan idiot. Sebenarnya... Aku tak pernah meyesali kau datang di setiap mala...